Fortuner SUV Terbaik Indonesia




Fortuner SUV Terbaik Indonesia
Best Fortuner SUV Fortuner in Indonesia is individualividual of the vehicles issued by PT Toyota Astra Motor. Why did you pickhe Toyota Fortuner SUV? And What are the advantages of having this Toyota sport valueehicle? According to the audience or customers from Toyota with the purpose of the purpose of Toyota is able to be used in rough terrain and comfortable while driving the Toyota Fortuner has an gainee the Toyota Fortuner was launched deer previouslyusly. Toyota Kijang used no more thanore than in relatively mild terrain and is not used on the battlefields of yangberat like climbing a mountain or through the swamp-land rawadan cloudyy and stdowel it in 2007 Toyota razor sharpr sharp to liftthedowelr used in rugged terrain or car manidoweld Sport (Sport Utility Vehicle) and the masaitulah toyotamemperkenalkan up-to-the-minuteto-the-minute variants to the shared. What regardingding the Sports Car Specs?

The SUV Fortuner Car Specifications Best clockk is as follows:

Machine
            Grand New Fortuner 2.5 G VN Turbo M / T TRD
VN Turbo Grand New Fortuner 2.5 G A / T
Grand New Fortuner 2.5 G M VN Turbo


Series Machine / Machine Serial 2 KD-FTV VN Turbo Intercooler 2KD-FTV VN Turbo Intercooler 2KD-FTV VN Turbo Intercooler
Engine Type / Engine Type IL 4Cyl, 16 Valve DOHC, D-4D, VN Turbo Intercooler IL 16 valve, DOHC, D4D, VN Turbo Intercooler IL 16 valve, DOHC, D4D, VN Turbo Intercooler
Fill Cylinders / Displacement (cc) 2494 2494 2494
Bore x Stroke / Bore x Stroke (mm) 92 x 93.8 92.0 x 93.8 92.0 x 93.8
Maximum Power / Maximum Output (Ps / rpm) 144 / 3.400 144 / 3.400 144 / 3.400
Maximum Torque / Maximum Torque (kgm / rpmeasurement lengthwise/ 1.600 to 2.800 35 / 1.600 to 2.800 35 / 1.600 to 2.800
Fuel Importation System / Fuel System
Common Rail Type

Specifications taken from http://www.Toyota.Astra.Co.Id/product/?Page=product&model=Fortuner higher thanr than. Some Grand New Fortuner car specifications higher thanr than exhibitbit the same engine type amonghe three variants of the car Fortuner why using Turbo Intercooler? To get paidpaid exercisercise of machineryas intercooler turbo Toyota Fortuner car engine to upsurgepower not includingluding having to upsurgethe cylinder so with the purpose of the purpose of the exercisercise of bakarpun CCnya be economical.

Toyota Grand New Fortuner tested

New 2012 Toyota has been taking 63 thousand miles and tested its feasibility with a distance through various countries Jakarta - Rome "Euro Asia" or called expedition to various countries openingfrom jakarta to Euro asia or roma italia. Dressed inessed in the ostentatioustatious up-to-the-minuteto-the-minute expedition Toyota Fortuner has been in ujicobakan with mileage in uniqueuntries and in attendancetendance are vetoto constraints ruined technologygy or other obstacles with the purpose of the purpose of ostentatioustatious up-to-the-minuteto-the-minute toyota fortuner is already feasible to be marketed in Indonesia. Such as pardon?On? We axiomom on youtube uploaded videos underneathneath:




How are you've seen how the doings of Grand New Toyota Fortuner is? If you really like to look intok into obviouslyly, and as connection is lingeringering or lingeringering in as tapeyoutube and you can look intok into a picture performanceance Test New Grand Fortuner Toyota in peripateticic in various countries from jakarta to roma italy as underneathneath:

Fortuner Euroasia
What regardingding the image higher thanr than if you already believe with the purpose of the purpose of the up-to-the-minuteto-the-minute ostentatioustatious fortuner been tested up to Euroasia? Apabiala you already believe the trial previouslyusly, you can the momentpickboutt kind of variant resale by PT Toyota Astra Motor. What regardingding the kind of variant?

Kinds of Type Toyota Grand New Fortuner

With a variety of styles of Toyota Fortuner and allesign in attendancetendance are 4 types of most recentecent models of Toyota Fortuner 2012

1. Grand New Fortuner 2.5 G VN Turbo M / T

VN Turbo 2.Grand New Fortuner 2.5 G A / T

3.Grand New Fortuner 2.5 G VN Turbo M / T TRD

VN Turbo 4.Grand New Fortuner 2.5 G A / T TRD


Grand New Fortuner
Of 4 types of models are 3 types of models of the same type of organizationation meliliki using IL 16 valve, DOHC, D4D, VN Turbo Intercooler and andmemepunyai cylinder of the same. And the picture higher thanr than is the up-to-the-minuteto-the-minute 2012 toyota cars the Toyota Grand New Fortuner and pardon?On? Kind fortuner estimateate only at the same time as the same time as in favor offavor of the estimateate as underneathneath:

Price Toyota Grand New Fortuner

FORTUNER G A / T GASOLINE NEW LUX 447,850,000
FORTUNER G A / T GASOLINE NEW LUX TRD 473,300,000
FORTUNER V A / T GASOLINE NEW 499,700,000
FORTUNER G M / T DIESEL NEW 384,750,000
FORTUNER G M / T TRD DIESEL NEW 409,650,000
FORTUNER G A / T DIESEL NEW 395 000 000
FORTUNER G A / T TRD DIESEL NEW 419,900,000

Price dariFortuner bedasesuai somee uniqueth the type and if you like the car fortuner is please to visit the bureaucratat website of toyota is in http://www.Toyota.Co.Id. With little in turncomprehendprehend regardingding Best SUV Fortuner can be practicalcal to you and silakanshare digoogle well as profi plus google plus me
Description: Fortuner SUV Terbaik Indonesia Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Fortuner SUV Terbaik Indonesia


Shares News - 21.46
Read More Add your Comment 0 komentar


Masa Taaruf Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian UMY Tahun 2012



Description: Masa Taaruf Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian UMY Tahun 2012 Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Masa Taaruf Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian UMY Tahun 2012


Shares News - 00.13
Read More Add your Comment 0 komentar




Masa Taaruf Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian UMY Tahun 2012

3-4 September 2012

 

 

Program Bridging Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian UMY Tahun 2012

7 September 2012

 

 

Outbound Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian UMY Tahun 2012

8 September 2012

 

 

 Description: Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed:


Shares News - 23.42
Read More Add your Comment 0 komentar


Sejarah UMY



SEJARAH


Selintas Perjalanan UMY Sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah tak pelak lagi merupakan fenomena moderen yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tahun 1912. Ciri moderen tersebut tampak dalam tiga hal pokok, yaitu bentuk gerakannya yang terorganisasi, aktivitas pendidikan yang mengacu pada model sekolah moderen untuk ukuran zamannya, dan pendekatan teknologis yang digunakan dalam mengembangkan aktivitas organisasi, terutama amal usahanya. Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa pendekatan teknologis yang digunakan bertumpu pada kecermatan membaca realitas sosial serta ketepatan memperhitungkan tantangan saat itu dan di masa depan. Dengan pendekatan teknologis itu pula, Muhammadiyah sejak awal kehadirannya sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid, memberikan perhatian paling utama kepada pengembangan sumberdaya manusia. Perhatian utama pada pengembangan sumber daya manusia itu jugalah yang mendorong aktivis Muhammadiyah mengikhtiarkan berdirinya suatu universitas di “ibukota” Muhammadiyah, Yogyakarta. Niat mendirikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah ada sejak lama. Prof. Dr. Kahar Muzakkir dalam berbagai kesempatan melemparkan gagasan perlu pendirian Universitas Muhammadiyah. Ketika Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pengajaran meresmikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Yogyakarta pada 18 November 1960, secara eksplisit piagam pendirian mencantumkan FKIP sebagai bagian Universitas Muhammadiyah. Baru pada Bulan Maret 1981, melalui perjuangan keras para aktivis Muhammadiyah seperti Drs. Mustafa Kamal Pasha, Drs. M. Alfian Darmawan, Hoemam Zainal, SH, Brigjen. TNI (Purn) Drs. H. Bakri Syahid, K.H. Ahmad Azhar Basyir, M.A, Ir.H.M. Dasron Hamid, M.Sc, H.M. Daim Saleh, Dr. M. Amien Rais, M.A, H.Mh.Mawardi, Drs. H. Hasan Basri, Drs. H. Abdul Rosyad Sholeh, H. Zubeir Kohar, Ir. H. A. Basit Wahid serta didukung oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, K.H.A.R Fakhruddin dan Ketua Wilayah Muhammadiyah DIY, H.M. Muchlas Abror, secara resmi didirikanlah UMY yang kemudian berkembang saat ini. Setelah melewati masa sulit dan melelahkan, UMY kini telah memiliki tujuh fakultas, yaitu Fakultas Agama Islam, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Teknik. Peningkatan kualitas SDM pengelola mendapat prioritas utama dalam pengembangan UMY. Oleh karena itu, setiap tahun UMY mengirimkan sekitar 30 orang tenaga pengajar untuk mengikuti studi lanjut S2 dan S3, baik di dalam maupun luar negeri.


 Description: Sejarah UMY Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Sejarah UMY


Shares News - 18.26
Read More Add your Comment 0 komentar


Sejarah Singkat Muhammadiyah



Sejarah Singkat Muhammadiyah



  Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18  ) November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.

Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”

Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.

Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren.

Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban (2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari ”sekolah” (kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.

Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, ”Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya ”Muhammadiyah” dan tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya (Artikel 2), ialah: a. menyebarkan pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b. memajukan hal Igama kepada anggauta-anggautanya.”

Terdapat hal menarik, bahwa kata ”memajukan” (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan kata ”menggembirakan”) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam ”Statuten Muhammadiyah” pada periode Kyai Dahlan hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921, Tahun 1931, Tahun 1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914: Maksud Persyarikatan ini yaitu:


  1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia Nederland,

  2. dan Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya.


Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata yang sederhana tersebut mengandung arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju dan menggembirakan.

Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD Muhammadiyah tahun 1959, yakni dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan ”Asas Islam” dalam pasal 2 Bab II., dengan kalimat, ”Persyarikatan berasaskan Islam”. Jika didaftar, maka hingga tahun 2005 setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali Statuten/Anggaran Dasar Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943, 1946, 1950 (dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi ”Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala”. Asas Islam dan tujuan dikembalikan lagi ke ”masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.

Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan membuka ijtihad.

Mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, yang merintis lahirnya Muhammadiyah di Kampung Kauman, Adaby Darban (2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya sebagai berikut:”Dalam bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari segala macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah, dalam bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang pemahaman terhadap ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam ber-ijtihad.”.

Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” ialah dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya (Kuntowijoyo, 1985: 36). Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum.

Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda.

Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun, merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU). Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi transformatif”, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ”hablu min Allah” (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini.

Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara Al-Quran sebagai Kutab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau mendorong ”umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya”, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwadiskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid (Jainuri, 2002: 78) .

Kepeloporan pembaruan Kyai Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang membedakan Kyai Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain (mukti Ali, 2000: 349-353). Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari Kyai Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan ”feminisme” seperti berkembang sekarang ini. Artinya, betapa majunya pemikiran Kyai Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang berkemajuan.

Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, menurut Djarnawi Hadikusuma (t.t: 69) telah menampilkan Islam sebagai ”sistem kehidupan mansia dalam segala seginya”. Artinya, secara Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah semata, tetapi merupakan suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan mu’amalat dunyawiyah. Selain itu, aspek aqidah dan ibadah pun harus teraktualisasi dalam akhlak dan mu’amalah, sehingga Islam benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas paham Islam untuk diamalkan dalam sistem kehidupan yang nyata.

Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis, dan cerdas. Menurut Kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang sejati, berpikir mana yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta dalam kebenaran sendiri, menimbang-nimbang dan menggunakan akal pikirannya tentang hakikat kehiduupan, dan mau berpikir teoritik dan sekaligus beripiki praktik (K.R. H. Hadjid, 2005). Kyai Dahlan tidak ingin umat Islam taklid dalam beragama, juga tertinggal dalam kemajuan hidup. Karena itu memahami Islam haruslah sampai ke akarnya, ke hal-hal yang sejati atau hakiki dengan mengerahkan seluruh kekuatan akal piran dan ijtihad.

Dalam memahami Al-Quran, dengan kasus mengajarkan Surat Al-Ma’un, Kyai Dahlan mendidik untuk mempelajari ayat Al-Qur’an satu persatu ayat, dua atau tiga ayat, kemudian dibaca dan simak dengan tartil serta tadabbur (dipikirkan): ”bagaimanakah artinya? bagaimanakah tafsir keterangannya? bagaimana maksudnya? apakah ini larangan dan apakah kamu sudah meninggalkan larangan ini? apakah ini perintah yang wajib dikerjakan? sudahkah kita menjalankannya?” (Ibid: 65). Menurut penuturan Mukti Ali, bahwa model pemahaman yang demikian dikembangkan pula belakangan oleh KH.Mas Mansur, tokoh Muhammadiyah yang dikenal luas dan mendalam ilmu agamanya, lulusan Al-Azhar Cairo, cerdas pemikirannya sekaligus luas pandangannya dalam berbagai masalah kehidupan.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:


  1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;

  2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;

  3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;

  4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;

  5. dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat


(Junus Salam, 1968: 33).

Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar (H.A. Mukti Ali, dalam Sujarwanto & Haedar Nashir, 1990: 332).

Kendati menurut sementara pihak Kyai Dahlan tidak melahirkan gagasan-gagasan pembaruan yang tertulis lengkap dan tajdid Muhammadiyah bersifat ”ad-hoc”, namun penilaian yang terlampau akademik tersebut tidak harus mengabaikan gagasan-gagasan cerdas dan kepeloporan Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, yang untuk ukuran kala itu dalam konteks amannya sungguh merupakan suatu pembaruan yang momunemntal. Ukuran saat ini tentu tidak dapat dijadikan standar dengan gerak kepeloporan masa lalu dan hal yang mahal dalam gerakan pembaruan justru pada inisiatif kepeloporannya.

Kyai Dahlan dengn Muhammadiyah yang didirikannya terpanggil untuk mengubah keadaan dengan melakukan gerakan pembaruan. Untuk memberikan gambaran lebih lengkap mengenai latarbelakang dan dampak dari kelahiran gerakan Muhammadiyah di Indonesia, berikut pandangan James Peacock (1986: 26), seorang antropolog dari Amerika Serikat yang merintis penelitian mengenai Muhammadiyah tahun 1970-an, bahwa: ”Dalam setengah abad sejak berkembangnya pembaharuan di Asia Tenggara, pergerakan itu tumbuh dengan cara yang berbeda di bermacam macam daerah. Hanya di Indonesia saja gerakan pembaharuan Muslimin itu menjadi kekuatan yang besar dan teratur. Pada permulaan abad ke-20 terdapat sejumlah pergerakan kecil kecil, pembaharuan di Indonesia bergabung menjadi beberapa gerakan kedaerahan dan sebuah pergerakan nasional yang tangguh, Muhammadiyah. Dengan beratus-ratus cabang di seluruh kepulauan dan berjuta-juta anggota yang tersebar di seluruh negeri, Muhammadiyah memang merupakan pergerakan Islam yang terkuat yang pernah ada di Asia Tenggara. Sebagai pergerakan yang memajukan ajaran Islam yang murni, Muhammadiyah juga telah memberikan sumbangan yang besar di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Klinik-klinik perawatan kesehatan, rumah-rumah piatu, panti asuhan, di samping beberapa ribu sekolah menjadikan Muhammadiyah sebagai lembaga non-Kristen dalam bidang kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan swasta yang utama di Indonesia. ‘Aisyiah, organisasi wanitanya, mungkin merupakan pergerakan wanita Islam yang terbesar di dunia. Pendek kata Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang utama dan terkuat di negara terbesar kelima di dunia.”

Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan keadaan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang aseli yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan.

Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan sebagai “washilah” (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam.

Mem-format gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah, juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagmaan yang selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana tercermin dalam pemaknaan/penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, yang memerintahkan adanya “sekelompok orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar”. Ayat Al-Qur‘an tersebut di kemudian hari bahkan dikenal sebagai ”ayat” Muhammadiyah.

Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia.
Description: Sejarah Singkat Muhammadiyah Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Sejarah Singkat Muhammadiyah


Shares News - 18.16
Read More Add your Comment 0 komentar


MEMBENTENGI JAMAAH SECARA EFEKTIF



MEMBENTENGI JAMAAH SECARA EFEKTIF

Salah satu tugas penting dan strategis dari takmir masjid, mushola dan suara muhammadiyah adalah membentengi jamaahnya. Ini makna penting dari hadir dan fungsinya takmir. Membina jamaah, salah satu artinya adalah dengan membentengi jamaah. lebih- lebih sekarang ini, ketika jaman berubah dan bermunculan aneka macam paham keagamaan dan paham politik yang menawarkan diri dimasyarakat, dan lebih sering membingungkan masyarakat ketimbang membuat masyarakat tentram.


Lantas dengan apa takmir membentengi jamaahnya? Adakah cra yang efektif untuk membentengi jamaahnya? Tentu saja ada, dan banyak alternatifnya. Misalnya membentengi jamaah dengan caia (1) Menigkatkan kemakmuran atau kesejahteraan jamaah, (2) Menigkatkan rasa aman dan tenteram jamaah,(3) Membangkitkan optimisme jamaah, (4) Memberikan ketrampilan teknis dalam beribadah, ( 5 ) Memberikan ketrampilan berkomunikasi dengan jamaahnya, (6) memberikan pengalaman asyiknya mempratikkan islam berkemajuan sebagaimana dikampanyekan muhammadiyah sejak KHA Dahlan, ( 7 ) Meningkatkan kepekaan dan kewaspadaan jammah agar tidak mudah dihasut, diadu dombadan dibakar emosinya, ( 8 ) Mmembentengi jammah dengan ilmu dan wawasan yang memadai.


Delapan benteng utama itu dapat dibangun dan dilaksanakan secara bertahap atau bergantian, tetapi juga dapat dibangun dengan serentak atau simultan lewat aneka kegiatan yang bersinergi dan terintegrasi denga baik. Sebab pada dasarnya, orang atau jamaah itu mau datang kemasjid itu sudah siap dibina. Kalau takmir masjid memiliki agenda lengkap, terstruktur dan berkesinambungan untuk membentengi jamaah, maka akan sangat senang sekali. Pertama, Mereka memang dibuat makmur dan sejahtera dulu. Perut yang kenyang sulit dipengaruhi orang luar atau paham luar. Rasa aman dan tentram juga perlu dihadirkan terus menerus. Kalau jamaah sudah merasa aman dan tenteram dengan hadir dimasjid, mereka tidak akan mencari pelarian diluar masjid. ini sudah jelas dan nyata.

Description: MEMBENTENGI JAMAAH SECARA EFEKTIF Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: MEMBENTENGI JAMAAH SECARA EFEKTIF


Shares News - 20.22
Read More Add your Comment 0 komentar


HUBUNGAN ANTARA MASALAH IMAN DAN PERADABAN



HUBUNGAN ANTARA MASALAH IMAN DAN PERADABAN


Pada bulan juni 1936, M Natsir, seorang tokoh muda islam hasil pendidikan islam Persis, bandung, yang akhirnya ditetapkan sebagai pahlawan Nasional Indonesia, menulis sebuah artikel yang dimuat dalam majalah Pedoman masyarakat dengan judul " Islam dan kebudayyan". Dalam artikel tersebut, M Natsir memulainya dengan mengutip tulisan seorang orientalis { Sarjana yang ahli masalah-masalah ketimuran ), Sir Hamilton Alexander Hoskeen Gibb dalam ketreranganya yang berjudul Whither Islam Sebagai berikut; " Islam is Indeed much more than, a system of theology, it is a complete civilisation," ( Capita Selecta, ( 1954 }, 3}. Pernyataan jujur HAR Gibb ini menunjukkan dengan Jelas bahwa islam bukanlah sebagaimana disangkakan orang bahwa islam hanyalah sekedar sistem ilimu ketuhanan saja melainkan islam adalah sebuah bangunan peradaban yang komplit [ lengkap].


Dalam sejarahnya, kalau kita telusuri secara cermat, umat islam yang dipenuhi rasa keimanan yang mendalam memang telah berhasil mematahkan sebuah mozaik peradaban dalam bingkai besar peradaban umat manusia. kalau mau jujur peradaban barat dewasa ini, memang kita telah tahu sangat mempengaruhi peradaban dunia sampai permulaan abad 21 ini, pada hakikatnya adalah keturusan dari peradaban islam yang telah mendahuluinya. lalu orong bertanya , bagaimana seharusnya umat beriman yang memeluk agama islam pada abad ini dan seterusnya dalam kontekspembentukan peradaban berikutnya?


Pada hakekatnya, kebudayyan adalah " Proses" [ Produk]. Artinya, dalam apa yang disebut ' Kebudayaan " masih terjadi proses - proses pembentukan yang bisa terjadi pasang surut, silah berganti, sampai menemukan pola umum  yang relatif mapan inilah yang disebut " peradaban " [ Civilisation ]. Pasang surut dan silih bergantinya kebudayyan tersebut sebagai konsekuensi dari proses - proses kreatif manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan pemuasan idialisme yang ingin di expresikannya atau ditampilkannya secara nyata. Disamping itu disebabkan pula kecemderungan keinginan terus belajar dan saling memmengaruhi antara satu dengan lainnya.

Description: HUBUNGAN ANTARA MASALAH IMAN DAN PERADABAN Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: HUBUNGAN ANTARA MASALAH IMAN DAN PERADABAN


Shares News - 21.14
Read More Add your Comment 0 komentar


KEMULIAAN YANG BAIK



KEMULIAAN YANG BAIK

Siapa yang tidak ingin hidup lebih baik?Semua orang tentu selalu Mendambakan hidup yang baik. Hanya orang yang kurang akil-balig atau tidak memiliki akal budi yang tidak ingin hidupnya baik, secara fisik maupun batin. Orang kafir sekalipun, ketika mereka menumpuk-numpuk kekayaan dan mengejar kehidupan dunia tanpa batsa, sesungguhnya tergambar ingin menikmati hidup di dunia laksana disurga. Tentu saja orang kafir tidak percaya akan adanya surga dan neraka, sedangkan orang beriman mempercayai sebagai salah satu wujud iman.


Orang giat bekerja keras sejak bangun hingga tidur kembali pada setiap harinya karena mengejar sesuatu, yakni kebahagiaanhidup. Demi kebahagiaan atau secara lebih khusus Kesejahteraan hidup , banyak orang melakukanya nyaris tanpa mengenal ruang dan waktu. Kata kiasan, demi mengejar ambisi hidup manusia mau jungkir balik melakukan apa yang dapat dilakukanya, kaki dijadikan kepala dan kepala dijadikan kaki. Tidak sedikit orang melakukan segala cara demi meraih apa yang dikehendakinya dalam hidup.


Karena demikian ambisius dalam meraih tujuan hidup tidak jarang orong lupa diri. Banyak kisah yang terukir dalam masyarakat tentang kisah malin kundang yang berasal dari dusun dan hidup pas-pasan, setelah sukses tidak mengakui ibunya, sehingga terkutuk menjadi batu. banyak legenda yang mengisahkan hal yang serupa, yang boleh jadi tidak benar-benar terjadi, tetapi mengandung ibrah atau pelajaran berharga betapa tidak sedikit manusia lupa daratan gara-gara termakan gemerlap dunia yang diimpikanya.


Banyak orang semula bersahaja tetapi kemudian berubah menjadi pemuja kesenangan dunia setelah merasa berada dipuncak kehidupan dunia. Digedung senayan banyak perilaku aneh-aneh setelah mereka duduk empuk  mewakili rakyat sebagai mana menjadi sorotan publik. Berfasilitas serba mewah. Bergaya hidup gemerlap. Bertingkah aneh-aneh dan berlebihan. Merasa paling berkuasa dan memiliki segalanya, Satu persatu bahkan terjerat sekandal moral dan korupsi dari yang ringan hingga besar-besaran. padahal rakyat yang diwakilinya banyak yang hidup serba kekurangan, menderita dan menjadimkorban segala hal.


Kenapa banyak anak cucu Adam mengejar dunia dan kemudian tenggelam dalam pesona dunia ynag menistakan dirinya? Secara alamia, setiap anak manusia memang ingin hidupnya baik dan layak, bahkan lebih dari yang semestinya. Namun instink atau sifat alamiah itu tidak dapat dibiarkan tumpah kesegaka arah tanpa fondasi, bingkai, dan arah yang pasti. Manusia jika dibiarkan serba bebas dan liar laksana hewan, bahkan kata tuhan  bal-hum adhalun, lebih sesat ketimbang binatang. sebab dalam kesesatan dan kebebasanya yang tanpa batas manuasia selalu memilih dalih pembenar dengan akal pikiranya dan sistem yang diciptakanya sendiri.

Description: KEMULIAAN YANG BAIK Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: KEMULIAAN YANG BAIK


Shares News - 19.27
Read More Add your Comment 0 komentar


Sejarah Muhammadiyah



PROLOG



Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan .

Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.


Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.


Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut "Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.


KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.Description: Sejarah Muhammadiyah Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Sejarah Muhammadiyah


Shares News - 18.25
Read More Add your Comment 0 komentar


Kemuhammadiyahan



Kemuhammadiyahan


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta,
pada tanggal 08 Dzulhijjah 1330 bertepatan dengan tanggal 18
Nopember 1912Miladiyah oleh seorang yang bernama
Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan nama
KH.A.Dahlan.
Pada tahun itu, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan
Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan
suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut
tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia
untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits.
Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember
1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa
Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial
dan bergerak di bidang pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KH. Ahmad Dahlan: Tokoh Pembaru Islam Indonesia dan
Pendiri Muhammadiyah
Lahir dengan nama Muhammad Darwis pada tahun 1868 M bertepatan dengan
1285 H, di Kauman, Yogyakarta. Ayahnya bernama KH. Abu Bakar bin KH.
Muhammad Sulaiman seorang ulama dan khatib terkenal di Masjid Besar
Kesultanan Yogyakarta saat itu yang jika diteruskan, maka garis keturunan KH.
Ahmad Dahlan akan sampai ke Maulana Malik Ibrahim seorang wali besar dan salah
satu wali yang berpengaruh di antara wali songo. Sedangkan ibunya Nyai Abu Bakar
adalah putri KH. Ibrahim bin KH. Hasan, pejabat Kapengulon Kesultanan di
Yogyakarta. Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia
merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhanya
saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk
keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan
seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama
dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan,
1991).
page 1 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
Adapun silsilahnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin KH. Abu Bakar bin
KH. Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung
Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul
Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam, 1968: 6).
Pendidikan agama pertama kali ia terima langsung dari orangtuanya. Saat itu
kebiasaan anak-anak kiai Kauman adalah belajar ilmu Fiqh, Al-qur’an, tata bahasa
Arab, seperti nahwu dan sharaf, hadis dan ilmu-ilmu lainnya, mereka pun belajar
pencak silat. Karena saat itu kondisi masyarakat sekitar jika belajar di sekolah milik
penjajah maka akan dicap sebagai kafir. Maka pusat kegiatan mereka dalam
menimba ilmu adalah masjid atau surau.
Pada umur 15 tahun, beliau pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan
Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, beliau berganti
nama menjadi Ahmad Dahlan dan iapun diangkat menjadi khatib amin di
lingkungan Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1902-1904, ia menunaikan ibadah
haji untuk kedua kalinya yang dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama
kepada beberapa guru di Makkah.
Pada umur 15 tahun, beliau pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan
Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, beliau berganti
nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga
guru dari pendiri NU, K.H. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak
Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang
Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Siti Walidah binti Haji Fadhil seorang
page 2 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
pahlawan nasional dan pendiri Aisyiyah yang kelak akan lebih dikenal dengan
sebutan Nyai Ahmad Dahlan yang masih saudara dari garis ibunya. Dari
perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang
anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti
Zaharah. Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai
Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah
pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.
Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH.
Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah
(adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula
menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).
Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah
Muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai
tanggung jawab pada keluarganya. Disamping itu, ia juga dikenal sebagai seorang
wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu
merupakan profesi entrepreneurship yang cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai
gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di
tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat
di organisasi Jam’iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela
Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk
melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin
mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut
tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali
hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan
pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa
Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di
bidang pendidikan.
page 3 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan
resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai
fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak
mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai
palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam
tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun
rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk
melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa
mengatasi semua rintangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada
Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu
baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81
tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan
organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia
Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya
kegiatannya dibatasi.
Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan,
Wonosari dan Imogiri dan lain-Iain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal
ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk
mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar
cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul
Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama
Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah
(SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah.
Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama’ah dan
perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.
Perkumpulan-perkumpulan dan Jama’ah-jama’ah ini mendapat bimbingan dari
Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya
Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub,
Thaharatul-Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul
Muslimin, Syahratul Mubtadi (Kutojo dan Safwan, 1991: 33).
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan
mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang
yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari
page 4 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain
berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah.
Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh
karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di
seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk
proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama
hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan
dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai
istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).
Sepulang dari Mekah ia menikah dengan Siti Walidah binti Haji Fadhil seorang
pahlawan nasional dan pendiri Aisyiyah yang kelak akan lebih dikenal dengan
sebutan Nyai Ahmad Dahlan yang masih saudara dari garis ibunya. Dari
perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang
anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti
Zaharah. Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai
Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah
pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).
Ahmad Dahlan adalah seorang yang memiliki pengetahuan yang luas. Meskipun
usianya baru dua puluh tahun, ia mulai merintis jalan pembaruan di kalangan umat
Islam. Misalnya, membetulkan arah kiblat shalat pada masjid yang dipandang tidak
tepat arahnya yang sesuai dengan perhitungan menurut ilmu falakiyah yang
dikuasainya. Usaha ini sempat menimbulkan insiden yang membuat diri dan istrinya
hampir saja meninggalkan Kauman Yogyakarta selamanya. Kemudian memberikan
pelajaran agama di sekolah negeri yang saat itu tidak pernah dilakukan oleh kyai
lainnya.
Ahmad Dahlan juga sangat memperhatikan kaum dhuafa, anak yatim, dan fakir
miskin agar selalu diperhatikan dan diayomi. Hal ini selalu ia ingatkan kepada
murid-muridnya agar selalu memperhatikan dan menolong kaum dhuafa tersebut.
page 5 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
Pernah suatu ketika beliau memberikan pelajaran kepada murid-muridnya tentang
surat Al-Ma’un. Namun, surat Al-Ma’un ini selalu beliau ulang-ulang dalam setiap
pertemuan pengajian sehingga menimbulkan protes dari murid-muridnya. Setelah
dijelaskan lalu setelah pengajian selesai dan murid-muridnya masing-masing
membawa anak yatim dan disantuni secukupnya.
Sebagai seorang yang sangat hati-hati dalam kehidupan sehari-harinya, ada sebuah
nasehat yang ditulisnya dalam bahasa Arab untuk dirinya sendiri, yaitu :
“Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa
yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau
mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa
karenanya. Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada
seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan,
hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah
yang terdekat kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya (diterjemahkan oleh Djarnawi
Hadikusumo).
Dari pesan itu tersirat sebuah semangat yang besar tentang kehidupan akhirat. Dan
untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, maka Dahlan berpikir bahwa setiap
orang harus mencari bekal untuk kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak
ibadah, amal saleh, menyiarkan dan membela agama Allah, serta memimpin
ummat ke jalan yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan
menegakkan kalimah Allah. Dengan demikian, untuk mencari bekal mencapai
kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaran kolektif, artinya bahwa
upaya-upaya tersebut harus diserukan (dakwah) kepada seluruh ummat manusia
melalui upaya-upaya yang sistematis dan kolektif.
Sikap dan perilaku kiai Ahmad Dahlan yang berhaluan modernis mulai dikenal
secara luas sebagai orang muda yang rasional dan kritis terhadap agama.
Kehadirannya telah menarik perhatian sejumlah kalangan kiai di sekitarnya dan
kalangan priyayi yang terlibat pergerakan dan pendidikan. Kiai Ahmad Dahlan
muda yang selalu haus akan ilmu pengetahuan agama tersalurkan keinginannya
dengan cara berguru ngaji kepada sejumlah kiai. Di antaranya kepada Kiai
Mohammad Nur, kakak iparnya sendiri, KH. Said, Kiai Mukhsin, Kiai Abdul Hamid di
Lempuyangan, R. Ng. Sosrosugondo (ayahanda dari Ir. Suratin tokoh sepakbola),
dan R. Wedana Dwijosewoyo. Untuk ilmu hadis ia belajar kepada Kiai Makhfudh dan
Syaikh Khaiyat. Untuk ilmu falak ia berguru kepada KH. Dahlan dari Semarang putra
page 6 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
dari Kiai Termas yang juga menantu Kiai Sholeh Darat dari Semarang, juga
memperoleh bimbingan dari Syaikh Mohammad Jamil Jambek dari Bukittinggi.
Kiai Ahmad Dahlan selain menjabat sebagai khatib Amin di Kapengulon, dipercaya
pula untuk mengajarkan dasar-dasar agama Islam di sekolah-sekolah negeri,
seperti di sekolah guru atau Kweekschool sering disebut Sekolah Raja di Jetis
Yogyakarta; Sekolah Pamong Praja atau Osvia (Opleidingschool Voor Inlandsch
Ambtenaren) di Magelang.
Pengalaman terlibat dalam dunia sekolah dan cita-citanya yang ingin memperbarui
umat Islam lewat perubahan pemikiran, sikap dan perilaku memutuskan bahwa ia
harus segera mendirikan sekolah agama, tetapi juga memberikan waktu bagi mata
pelajaran ilmu pengetahuan.
Seperti kiai-kiai pada masa tersebut, sebelum Kiai Ahmad Dahlan
mengimplementasikan pemikirannya untuk mendirikan sekolah tersebut, ia
melaksanakan shalat istikharah berulang-ulang kali dan menyampaikan
gagasannya ini kepada rekan-rekannya yang aktif dalam pendidikan dan
pergerakan Budi Utomo. Setelah itu, ia bertambah yakin untuk mendirikan sekolah.
Maka ia mendirikan sekolah yang diberi nama “Sekolah Muhammadiyah” yang
kemudian dikenal dengan Madrasah Mu’allimin (Kweekschool Muhammadiyah) dan
Madrasah Mu’allimat (Kweekschool Istri Muhammadiyah) yang tidak hanya
mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mengajarkan ilmu pengetahuan umu dan
huruf latin sesuai dengan keinginan semula.
Selanjutnya guna menyebarluaskan pemikirannya tentang pembaruan Islam di
Indonesia ini dan mewujudkan perintah Allah yang selalu ditelaahnya dan
disampaikan kepada muridnya. Sepeti Surat Ali Imran [3] ayat 104 yang berbunyi:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar;
mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Maka Pada tahun 1912 atau tepatnya pada tanggal 18 Nopember 1912, Ahmad
Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita
pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu
pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la
page 7 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan
al-Qur’an dan al-Hadits. Sejak awal Kiai Ahmad Dahlan menetapkan bahwa
Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di
bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini ternyata selain
mendapatkan dukungan dan simpati, juga mendapatkan resistensi, baik dari
keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan
hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru
yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah
meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan
ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut
dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan
perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan
tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada
Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu
baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81
tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan
organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia
Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya
kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain
seperti Srandakan, Wonosari dan Imogiri dan lain-Iain tempat telah berdiri cabang
Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan
menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain.
Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-Munir.
Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang
mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta
sendiri ia menganjurkan adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan
pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan
Jama’ah-jama’ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya
ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul
Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta’awanu alal
birri, Ta’ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi
(Kutojo dan Safwan, 1991: 33).
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan
mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang
page 8 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari
masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain
berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah.
Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh
karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di
seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk
proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama
hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan
dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai
istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).
Sampai akhir hayatnya (wafat tahun 1923) KH. Ahmad Dahlan menjadi ketua Pusat
Muhammadiyah. Dengan bendera Muhammadiyah yang dikibarkannya sejak 1912
telah melakukan banyak pekerjaan besar bagi kemajuan bangsa dan masa depan
umat Islam. Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran
bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik
Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan
Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut :
- KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk
menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan
berbuat.
- Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak
memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan ummat,
dengan dasar iman dan Islam.
- Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial
dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa,
dengan jiwa ajaran Islam.
- Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah
mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan.
(zarkasih)
BAB III
page 9 / 10
Kaisar Tampan | Kemuhammadiyahan
Copyright r35tu r35tu@webmail.umm.ac.id
http://r35tu.student.umm.ac.id/kemuhammadiyahan/
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Muhammad Darwis dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil yang
mengajarinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji
ketika berusia 15 tahun (tahun 1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu
agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun. Disinilah ia berinteraksi
dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia islam, seperti Muhammad
Abduh, Al Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibn Taimiyah. Buah pemikirannya penuh
disemangati oleh aliran pembaharuan ini kelak kemudian hari menampilkan corak
keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah, yang bertujuan untuk
memperbaharui pemahaman keagamaan (keislaman) di sebagian besar dunia Islam
saat itu yang masih bersifat ortodoks (Kolot). Ortodoks ini dipandang menimbulkan
kebekuan ajaran islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) moral
ummat islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis ini harus
dirubah dan diperbaharui dengan gerakan purifikasi atau pemurnian ajaran Islam
dengan kepada Al Qur’an dan Al Hadits.
Description: Kemuhammadiyahan Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Kemuhammadiyahan


Shares News - 18.19
Read More Add your Comment 0 komentar


Jelang makrab tapak suci umy 2012



Jelang makrab tapak suci umy 2012


setelah sempat beberapa kali tertunda acara makrab alias malam ke akraban sesama anggota tapak suci khususnya TS UMY dan tapak suci Undangan UMUM nya, maka panitia mengambil inisiatif agar makrab segera di laksanakan dan akhirnya acaranya akan di laksanakan pada tanggal 8 april 2012 di pantai parangtritis yogyakarta, start dari kampus umy pada tanggal 7 april sore hari. acara makrab ini di ketuai oleh mas Akbar.

Dengan adanya acara refreshing ini di harapkan semua anggota ts umy ikut berperan serta supaya acara ini lebih ramai dan silaturrahim semakin terjaga erat laksana satu keluarga. (the big family of tapak suci umy).
harapan dari panitia setelah acara ini terlaksana supaya bisa melahirkan ide2 baru dalam ber organisasi sehingga lancar dalam melaksanakan kegiatan, ts umy masih mempunyai beberapa acara/agenda kegiatan yang mash belum ter wujudkan dan isyaAllah akan terwujud setelah acara makrab ini…..bravo tapak suci umyDescription: Jelang makrab tapak suci umy 2012 Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Jelang makrab tapak suci umy 2012


Shares News - 18.12
Read More Add your Comment 0 komentar


UMY Lahirkan Doktor Psikologi Pendidikan Islam Pertamanya



UMY Lahirkan Doktor Psikologi Pendidikan Islam Pertamanya



Yogyakarta- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah mempunyai Doktor Psikologi Pendidikan Islam pertamanya. Adalah dr. Sagiran, Sp.B. M.Kes, Mahasiswa Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Program Pascasarjana UMY yang berhasil mempertahankan desertasinya dengan predikat Sangat Memuaskan dengan judul “Palliative Care di Rumah Sakit Islam dengan Konsep Husnul Khatimah (Hu Care) Pada Pasien Gagal Ginjal”. Staf Pengajar Bagian Anatomi dan Bedah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY ini merupakan calon lulusan pertama program ini sejak dibuka pada tahun 2007.


Dipromotori Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A. dan Dr. H. Khoiruddin Bashori, M. Si., Sagiran mempertahankan disertasinya tersebut Rabu Pagi (25/4) di Ruang Sidang AR Fahrudin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY. Ia juga diuji oleh Prof. dr. H. Moch. Anwar, M.Med. Sc., Sp.OG (K), Prof. Dr. H. Noeng Muhajir, dan Prof. Dr. HM. Noor Rachman Hadjam, SU.. Bertindak sebagai ketua sidang Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. dan sekretaris sidang Dr.  Muh. Anis, M.A.


Dalam disertasinya, anggota Tim Dokter Bedah RSU PKU Muhammadiyah YK dan RS Nur Hidayah Bantul ini merumuskan konsep Husnul Khatimah pada penanganan pasien gagal ginjal kronis yang ia beri nama Hu Care. Konsep ini dilatarbelakangi bahwa pasien yang sudah tidak dapat disembuhkan lagi dan hanya mengandalkan perawatan medis untuk memperpanjang hidupnya juga membutuhkan terapi spiritual-religius terarah supaya pasien mendapati good death, tanpa derita dan putus asa, husnul-khatimah. “Pada kondisi ini, secara psikologis pasien akan mengalami tekanan besar dalam hidupnya, seperti stress. Padahal pasien gagal ginjal misalnya, tetap bisa melakukan kesehariaanya asal secara rutin melakukan cuci darah” jelasnya.


Sagiran menjelaskan selama ini, pasien kondisi ini selain dirawat secara medis hanya diberi nasehat untuk sabar dan pasrah menerima takdir secara informal oleh petugas bina rohani. Tidak penanganan secara sistematis bagaimana peran keluarga, handai taulan, kenalan, sahabat, tetangga dekat/jauh. “Hu Care berupaya mengonsep hal ini. Dengan Konsep Hu Care, akan ada penangan yang sistematis bagi pasien. Pasien yang kondisinya stabil, akan diberdayakan menjadi pengurus kelompok swa bantu misalnya. Mereka akan membantu pasien-pasien lain mengatasi kesulitan-kesulitan pengobatan," terangnya.


Keluarga yang memiliki perang sangat penting menurut Sagiran dalam hal ini akan terbantu dalam memberi kontribusi perawatan spiritual-religius melalui nasehat, petuah dan doa mereka agar pasien dapat secara positif menghadapi kondisinya. Dalam Hu Care, ditanamkan nilai-nilai yang secara psikologi akan memberikan semangat bagi pasien. “Misalnya penanaman pikiran bahwa meninggal dengan sebab sakit gagal ginjal kronis adalah mulia. Atau misalnya pikiran bahwa seseorang akan dikenang dengan sesuatu yang ditinggalkannya. Dalam keadaan sakit, masih dapat berkarya,  justru bernilai luar biasa," ungkapnya.


Selain itu, Sagiran dalam disertasinya juga menekankan bahwa cuci carah merupakan salah satu perawatan yang wajib dijalani pasien gagal ginjal kronis. Menurutnya, beberapa pasien responden penelitiannya mengaku memiliki teman yang menemui ajalnya karena menolak cuci darah dan membawanya ke pengobatan alternatif. “Yang paling fatal adalah, ketika ajal sudah menjemput, sementara pengobatan yang dijalani mengandung unsur kemusyrikan, ini adalah petaka dunia akhirat,” terangnya.


Pada akhirnya Sagiran mengatakan,temuan dalam disertasi ini akan direkomendasikan kepada Rumah Sakit Islam, yang selanjutnya pada dataran praktis disusun prosedur dengan penyesuasian pola di masing-masing rumah sakit. “Hu Care dapat dikembangkan di beberapa Rumah Sakit Islam sehingga pada akhirnya memberikan manfaat bagi pasien dalam rangka mempersiapkan kematian Husnul Khatimah” pungkasnya.

Description: UMY Lahirkan Doktor Psikologi Pendidikan Islam Pertamanya Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: UMY Lahirkan Doktor Psikologi Pendidikan Islam Pertamanya


Shares News - 18.03
Read More Add your Comment 0 komentar


PERUMAHAN KARYAWAN UMY



PERUMAHAN KARYAWAN UMY DI BANGUNJIWO


Rumah contoh adalah salah satu rumah yang telah selesai dibagun sebagai contoh dari rumah karyawan yang akan segera dibagun di desa Bagunjiwo.  Rumah contoh ini akan diserahkan ke kepala desa dan akan dijadikan salah satu fasilitas umum di desa Bangunjiwo, Kasihan Bantul. Bentuk dari fasilitas umum tersebut berupa Taman Pendidikan Al_Quran (TPA) yang dapat dimanfaatkan oleh karyawan UMY dan warga sekitar.

Hal ini disampaikan oleh Rektor UMY Ir. H. Dasron Hamid, M.Sc dalam sambutannya pada acara Penyerahan Kunci Rumah Contoh  Karyawan UMY di Desa Bangunjiwo, Selasa (17/4).

Dasron menuturkan bahwa rumah contoh karyawan ini akan diserahkan ke perangkat desa Bangunjiwo untuk dapat dikelola dengan sebaik mungkin. “Dengan diberikannya rumah contoh ini sebagai salah satu fasilitas umum maka nantinya karyawan UMY yang akan tinggal di desa Bangunjiwo ini dapat bersosialisasi dengan warga masyarakat sekitar sehingga dapat terjalin silaturahmi yang baik” tuturnya.

Sementara itu, Dr. Surya Pratolo Wakil Rektor II sekaligus Ketua Tim Pembangunan menjelaskan bahwa penyerahan kunci rumah contoh sebagai simbolik untuk memulai pembangunan rumah karyawan. “Dari 100 unit rumah  saat ini baru sekiat 14 unit rumah yang akan segera dibangun sesuai dengan pencairan dana yang dikeluarkan oleh BPD DIY Syariah” jelasnya.

Surya juga mengungkapkan pembangunan rumah karyawan ini akan diselesaikan dalam waktu tiga bulan sehingga menjelang bulan ramadhan nanti karyawan pemilik rumah ini bisa langsung menempatinya. “Selain pembangunan rumah, UMY juga akan membangun fasilitas umum seperti  jalan di sekitar kawasan perumahan, drainase dan beberapa fasilitas umum lainnya” ungkapnya.

Senada dengan hal itu Kepala Desa Bangunjiwo H. Bibit Rustamta, SH menyambut dengan baik pembangunan rumah bagi karyawan UMY di desa Bangunjiwo. “Rumah contoh yang diberikan UMY ini akan dikelola dengan baik sehingga dapat bermanfaat bagi warga sekitar terutama anak-anak karena akan dibuatkan TPA” urainya.

Bibit berharap karyawan UMY yang nanti akan menetap di desa ini bukan hanya menjadi warga biasa saja namun dapat menjadi bagian dari perangkat desa sehingga dapat memberikan kontribusinya. “Semoga dengan hadirnya karyawan UMY di desa ini maka akan membawakan perubahan dan dapat membimbing masyarakat menjadi lebih baik dan kedepannya akan terjalin kerja sama pada program-program lainnya” harapnya.Description: PERUMAHAN KARYAWAN UMY Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: PERUMAHAN KARYAWAN UMY


Shares News - 20.02
Read More Add your Comment 0 komentar


31 TAHUN UMY MUDA MENDUNIA



31 TAHUN UMY MUDA MENDUNIA

Hal ini disampaikan oleh Ir. H. M. Dasron Hamid, M.Sc saat ditemui dalam persiapan Malam Refleksi Milad Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ke 31 bersama Ari Ginanjar di Kampus Terpadu UMY, Rabu (29/2).


Dasron menjelaskan untuk menghadapi tantangan tersebut maka UMY yang pada 1 Maret nanti akan memasuki usia ke 31 tahun mengangkat slogan Muda Mendunia. “Dengan usianya yang masih tergolong muda ini, UMY sudah memiliki jaringan yang sangat luas antara lain telah bekerjasama dengan pemerintah dan perguruan tinggi di beberapa negara seperti Belanda, Amerika, Australia, Inggris, Jepang, Korea, Cina, Thailand, Singapura, Malaysia dan lain-lain” jelasnya.


“Slogan Muda Mendunia ini juga menegaskan bahwa sampai dengan saat ini UMY telah memiliki segudang prestasi yang diraih oleh mahasiswa dan dosen baik itu akademik maupun non akademik yang telah diakui secara regional, nasional dan internasional” tambahnya.


Menurut Dasron, globalisasi ekonomi ini berlangsung dengan cepat dan disatu sisi memberikan kesempatan besar bagi perguruan tinggi untuk memberikan pelayanan ilmu pengetahuan pada pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. “Dengan melihat kondisi tersebut maka perguruan tinggi harus mampu menempatkan pada posisi seimbang sehingga peran dan fungsinya dalam pengembangan ilmu berjalan dengan baik” ungkapnya.

Description: 31 TAHUN UMY MUDA MENDUNIA Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: 31 TAHUN UMY MUDA MENDUNIA


Shares News - 19.46
Read More Add your Comment 0 komentar


KELUARGA ADALAH PILAR PERADABAN BANGSA



KELUARGA ADALAH PILAR PERADABAN BANGSA

Bagi manusia , rumah memang bukan sekedar bangunan untuk berteduh dari panas dan hujan secara fisik badani. Kalau hanya untuk itu maka tidak ada beda konsep sarang dan rumah bagi manusia dan hewan. Hewan membangun sarang untuk melindungi diri dan keluarga mereka dari ganasnya alam dan incaran pemangsa. Manusia membangun rumah tangga untuk menyemai masa depan peradaban juga untuk melindungi ketenangan jiwa. Rumah tangga tidak sekedar untuk mekindungi fisik tetapi juga untuk melindungi Jiwa dan ruhani.Apapun yang terjadi diluar, setiap kali pulang dan masuk rumah, setiap manusia pasti ingin merasakan ketenangan dan kedamaian serta perlindungan. Itula yang disebut dalam mahfudzad itu sebagai surga. Untuk membangun dan mewujudkan sebuah rumah tangga yang baitiy jannatiy seperti ini bukanlah hal yang mudah. Semua orang yang mempunyai kekayaan yang cukup pasti dengan mudah dapat membangun rumah fisik yang kokoh dan indah. Namun, tidak semua orang mampu mendatangkan dan mengisi bangunan fisik itu dengan kebahagiaan. Dalam hidup sehari - hari, kita banyak menjumpai rumah - rumah yang megah dan indah namun para penghuninya merasakan tidak pernah bisa mendekati apalagi menikmati rasanya kebahagiaan. Ruang keluarga yang mereka bangun, sering terlihat kosong, tidak ada lagi tegur halus saling menasehati dan saling mendengarkan permasalahan para penghuninya. Kebanyakan kita merasa cukup kalau sudah bisa memberi uang yang banyak kepada anak dan menyekolahkan anak disekolah favorit. Pembinaan moralpun kita serahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah untuk membina anak - anak kita. Bahkan ada juga keluargayang tidak memikirkan perkembangan moral dan mental anak. Biasanya keluarga seperti ini akan merasa terkejut setelah anaknya mendapatkan masalah


Latihan klik disini

Description: KELUARGA ADALAH PILAR PERADABAN BANGSA Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: KELUARGA ADALAH PILAR PERADABAN BANGSA


Shares News - 20.19
Read More Add your Comment 0 komentar


TANDA BERIMAN ADALAH HORMAT KEPADA ORANGTUA



TANDA BERIMAN ADALAH HORMAT KEPADA ORANGTUA

Dua orangtua ( Bapak dan ibu ) dalam agama islam disebut "dua orang sarana pelahir manuasi" ( wa-alidaani )Dari segi sebutan, sudah sedemikian tegas kedudukan dan sekaligus peran dari bapak dan ibu terhadap sang anak ( waladun ). Sedangkan pengistilahan terhadap segaka perbuatan yang baik yang menunjukkan rasa bakti kepada bapak dan ibu disebut"birru-"l-waldaini". Sementara itu, dalam bahasa indonesia untuk memberikan sebutan dari gabungan unsur ibu adalah " orangtua". Istilah ini bisa aja ditafsirkan bercabang misalnya diartikan" Orang yang sudah tua usianya". Karena itu, istilah " waalidaani" lebih jelas, tegas dan spesifik. Dalam Al-Qur'an dijelaskan, bahwa sebuah proses kelahiran manusia ke alam dunia yang fana ini merupakan karunia allah Swt dan berkat jasa kemanusiaan dari dua orangtua, yaitu bapak dan ibu ( Luqman (31):14). Kenyataan otentik Ini tidak akan pernah dapat ditolak dan dipungkiri oleh siapa pun, kapan pun, dan dimana pun. Dalam ayat Al-Qur'an yang dikutip disini dengan tegas disebutkan ada 2 (dua) faktor penting dalam sebuah proses kelahiran manusia yaitu faktor Allah Swt ("ani'sykurlii"= hendaknya bersyukurlah kepada-ku) dan faktor dua orangtua yang melahirkan ("waliwaalidaika" dan hendaknya berterima kasih kepada kedua orangtuamu). Karena itu bagi kita selaku umat islam yang memegangi kitap suci Al-Qur'an, dengan tulus mengakuai bahwa kita yang telah berhasil lahir ke alam dunia ini perlu mengingat kedua fktor tersebut, yaitu faktor Allah Swt dan faktor dua orangtua kita.Terhadap Allah Swt, kita berusaha keras untuk memupuk dan memperkokok keimanan kita kepada Allah Swt, rabbun kita, pemeliharaan kita, selama hayat dikandung badan. Terhadap faktor dua orangtua kita berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan rasa bakti kepada keduanya Salah satu wujud dari rasa bakti tersebut adalah melakukan rasa hormat kepada keduanya.

Description: TANDA BERIMAN ADALAH HORMAT KEPADA ORANGTUA Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: TANDA BERIMAN ADALAH HORMAT KEPADA ORANGTUA


Shares News - 21.22
Read More Add your Comment 0 komentar


CARA BERTERNAK BEBEK



 
CARA BERTERNAK BEBEK
Beternak bebek dimulai dengan penentuan lokasi untuk menjamin kelangsungan suatu usaha. Lokasi yang dipersyaratkan adalah cukup jauh dari kegaduhan; kandang tidak terlalu dekat dengan pemukiman; lokasi kandang dipilih iklim sejuk dan tidak terkena langsung sinar matahari dan angin kencang; Ketersediaan sumber air, sumber pakan dan sarana transportasi. Berikutnya adalah pemilihan bibit dan pemeliharaan itik, yaitu : (1) Perkandangan dengan tataletak kandang, pisahkan kandang anak itik dengan itik dewasa dengan jarak 50 meter dan jarak antar kandang sama dengan lebar kandang; (2) Pemberian pakan dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi pakan untuk budidaya itik dan konsumsi pakan itik pada berbagai umur ; (3) Pemberian air minum dapat diberikan dua kali sehari dengan setiap kali pemberian air minum, tempat air minum harus selalu dibersihkan ; (4) Penanganan kesehatan sangat diperlukan karena itik merupakan ternak yang resisten terhadap penyakit New Castle Disease (ND) atau penyakit Tetelo dan sebagai carrier ND bagi ternak unggas lain, oleh karena itu jangan memelihara itik bersamaan dengan ternak unggas lain, seperti ayam dan puyuh.
Description: CARA BERTERNAK BEBEK Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: CARA BERTERNAK BEBEK


Shares News - 01.25
Read More Add your Comment 0 komentar


FK UMY Mengadakan Workshop Nasional Penanggulangan Bencana



Blue hills

SEMINAR NASIONAL

Saat menghadapi peristiwa bencana, serang tenaga medis harus tetap tenang


atay tidak panik dalam menangani korban Sehingga dapat memberikan pelayanan


dan pertolongan yang tanggap

Description: FK UMY Mengadakan Workshop Nasional Penanggulangan Bencana Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: FK UMY Mengadakan Workshop Nasional Penanggulangan Bencana


Shares News - 00.54
Read More Add your Comment 0 komentar


Halo dunia!



Selamat datang di Blog UMY. Ini adalah tulisan pertama Anda. Lanjutkan dengan menuliskan hal-hal lainnya.
Selamat blogging di UMY Community.Description: Halo dunia! Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Halo dunia!


Shares News - 20.52
Read More Add your Comment 0 komentar